Proof of Life

“Tinggalkan jejak kebaikan ke mana pun kakimu melangkah,”
—Ust. Miftah, tepatnya saat materi singkat dalam acara Bintang, di Mesjid Agung Cimahi Utara

Dentingan detik yang terus berdetak; berjalan memupuskan usia kita yang samar-samar. Kehidupan dan kematian adalah perputaran yang akan terus terjadi hingga Israfil menjalankan tugas utamanya.

Kematian adalah kepastian. Ia adalah suatu ketetapan yang dipenuhi dengan selaksa misteri. Dan Allah Yang Maha Adil telah memberi kita kesempatan; berjuta pilihan hadir dalam kehidupan.

Kematian adalah suatu keadaan di mana mulut kita tak lagi dapat meneriakkan kebenaran, tangan kita tak lagi dapat menolong sesama dan akhlak kita tak lagi dapat terasa oleh manusia lainnya. Ia adalah suatu masa di mana kita tak lagi bisa beraktifitas di dunia; saat sejarah mencatat kita telah tiada.

Bermilyar manusia telah pergi meninggalkan dunia ini. Namun, hanya sedikit dari mereka yang tercatat dalam lembar peradaban. Sisanya tenggelam dalam sejarah; tak tinggalkan seonggok nama untuk dikenang selain oleh anak-cucunya.

Mereka—yang namanya tak pernah hilang—meninggalkan jejak sebelum terbaring kaku di tanah. Mereka—yang namanya tak lekang oleh waktu—meninggalkan bukti kehidupan dengan berkarya; karya penuh cinta.

Rasulullah; senantiasa terkenang oleh dunia karena cinta dan akhlaknya. Abu Bakar; terkenang dalam sejarah karena kesetiaan dan kedermawanannya. Umar bin Khattab; terkenang dalam sejarah karena keberaniannya. Al-Khawarizmi; tak lekang oleh sejarah karena aljabarnya. Hasan Al-Bana; tercatat dalam sejarah karena pergerakannya. Pun jua mereka-mereka yang telah mencatatkan nama mereka dengan tinta dalam lembar sejarah.

Mereka terus hidup; walau tanah telah mengubur jasadnya. Mereka terus bermanfaat; walau Izrail telah mencabut nyawanya. Mereka terus terkenang; walau waktu terus berlalu meninggalkannya.

Lantas, manakah jalan yang kau pilih? Mencantumkan namamu di lembar sejarah dengan berkarya atau menjadi orang biasa; yang hilang tertelan sejarah saat kematian telah menghampirinya?

Bahan muhasabah diri yang masih lalai meninggalkan bukti kehidupan,
Bumi Allah, 15 September 2013, 19.40

Invea Nur Mukti Lestari

Leave a comment