Menunggu

picture1

Apakah kamu sudah lupa? Detik di mana kamu menghitung waktu, menyadari penantianmu sebentar lagi akan berakhir.

—ummu syauqi

Aku bukanlah tipe orang yang senang menunggu.

Apalagi jika tidak ada kepastian sampai kapan aku harus menunggu.

Akan tetapi,

Aku juga termasuk tipe orang yang menikmati menunggu.

Apalagi jika aku tahu terminal waktu di mana aku akan berhenti menunggu.

Menunggu itu menyenangkan.

Saat kamu tahu, kapan penantianmu akan berakhir.

Menyenangkan menghitung dentingan waktu.

Perasaan berdebar yang semakin menggebu.

Saat kamu tahu, sebentar lagi kamu akan bertemu.

Sakit, Lagi

Sakit itu anugerah. Sebab di saat itu, Allah ingin menyucikan dirimu. Ia hendak membersihkan noda lumpur yang menempel di hatimu. Ia hendak menghapus setiap dosa-dosamu. Seperti yang telah dikabarkan sang Rasul padamu,” Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya,”

Sakit itu anugerah. Dia ingin engkau berehat sejenak dari segudang aktifitasmu. Mungkin selama ini kau terlalu memaksakan tubuhmu. Mungkin selama ini kau kurang seimbang dalam memperlakukan tubuhmu. Bukankah tubuhmu juga memiliki hak untuk beristirahat?

Sakit itu anugerah. Ketika kau berpayah memaksakan dirimu beribadah untuk-Nya, Dia akan membalasnya dengan kebaikan yang lebih berlimpah. Sebab besarnya pengorbananmu adalah bukti cintamu pada-Nya. Sebab pahala yang kau dapatkan setara dengan kadar kepayahanmu.

Sakit itu anugerah. Seringkali saat sakit kita semakin mendekat pada-Nya. Beribadah lebih khusyu dari biasanya. Berdo’a lebih panjang dari biasanya. Berdzikir lebih sering dari biasanya.

Sakit itu anugerah. Tika sakit, alangkah mudahnya diri ini mengingat ajal yang kian mendekat. Tika sakit, alangkah mudahnya diri ini menyesali dosa-dosa yang telah kita perbuat. Tika sakit, alangkah mudahnya diri ini mencemaskan qalbu yang hitam pekat, penuh akan lumpur dosa yang melekat. Tika sakit, alangkah mudahnya diri ini mengkhawatirkan keadaan nanti di akhirat. Sebuah keadaan yang seringkali sulit kita hadirkan saat tubuh ini sehat.

Sakit itu anugerah. Itu adalah salah satu tanda Allah mencintaimu. Mungkin saja Ia merasa rindu, ingin kau datang menghampiri-Nya. Mungkin saja Ia merasa rindu, ingin kau datang mengiba pada-Nya. Mungkin saja Ia merasa rindu, ingin kau datang merayu-Nya. Mungkin saja Ia merasa rindu, ingin kau datang bermesra dengan-Nya.

Sakit itu anugerah. Ujian itu tak hanya sekedar bisa dihadapi dengan sabar. Tapi ia dapat kita lewati seraya melantunkan syukur. Sebab sakit itu anugerah. Kita bisa melewatinya dengan menggenapkan sabar dan syukur, dua kendaraan indah seorang muslim yang bisa mengantarkannya melewati kehidupan dengan penuh kebaikan.

 

Bahan muhasabah diri, di kala rasa sakit itu datang kembali menghampiri,

Bumi Allah, 27 Juli 2013, 21.51

 

Invea Nur Mukti Lestari

Dari Sebuah Kegagalan

“Gagal itu bukan masalah, yang jadi masalah adalah jika kau tak dapat mengambil hikmah darinya.”

Sudah tabiat manusia, menganggap kegagalan sebagai batu sandung. Ranjau berduri tuk meraih keberhasilan. Maka kehadirannya seringkali dikeluhi. Bahkan tak jarang bayang-bayangnya ditakuti. Lantas, jika memang seperti itu, mengapa Allah turunkan kegagalan untuk kita?

Pada hakikatnya, di balik sebuah kegagalan, Allah telah sisipkan setidak-tidaknya sebuah hikmah di baliknya. Bahkan, jika kita mau membuka mata hati kita untuk menatap lebih jauh, ada berjuta ibrah di baliknya.

Lewat sebuah kegagalan, Allah kirimkan berjuta kebaikan. Sebab di sebalik kegagalan, ada lahan muhasabah yang telah Allah turunkan. Sebab dengan kegagalan, kita dapat menilai dan mengukur diri. Telah sejauh manakah kita berjuang? Telah setulus apakah kita bertawakkal? Hingga di akhirnya, Allah ingin kita mengevaluasi diri. Di manakah bagian yang harus kita perbaiki?

Lewat sebuah kegagalan, Allah kirimkan berjuta kebaikan. Sebab dengan adanya kegagalan, kau akan berikhtiar lebih dalam berjuang. Sebab dengan banyaknya pengorbanan, akan menghasilkan cinta yang lebih dalam. Lantas, tidakkah kita berpikir bahwa kegagalan adalah jalan tuk membuktikan cinta kita padaNya?

Lewat sebuah kegagalan, Allah kirimkan berjuta kebaikan. Sebab dengan adanya kegagalan, Allah ingin kau terus berharap. Sebab dengan adanya kegagalan, Allah ingin kau terus mendekat. Lantas, tidakkah kita berpikir bahwa kegagalan adalah sebuah isyarat bahwa Allah ingin bermesra denganmu?

Lewat sebuah kegagalan, Allah kirimkan berjuta kebaikan. Sebab dalam sebuah kegagalan, Allah sisipkan sebuah parameter bernama keikhlasan. Sebab dengan sebuah kegagalan, Allah hendak mengujimu, benarkah semua yang kau lakukan itu hanya karenaNya?

Lantas, jika melihat jutaan kebaikan itu, masih pantaskah kita mengeluhkan kegagalan jika pada hakikatnya ia adalah salah satu anugerah yang sepatutnya kita syukuri? Karena yang terpenting itu bukanlah seberapa sukses atau gagal dirimu, namun seberapa dekat dirimu dengan Allah dalam melewati setiap peristiwa itu.

 

Bahan muhasabah diri yang seringkali mengkufuri nikmatnya,

Bumi Allah, 29 Mei 2013, 22.35

 

Invea Nur Mukti Lestari

Sakit, Nikmat yang Jarang Disyukuri

Siapa sih di antara kita yang belum pernah merasakan sakit? Setidak-tidaknya kita semua pasti pernah merasakan sakit walaupun itu hanya sekali ataupun sekadar sakit karena jatuh atau pilek. Lantas, apa sih yang biasanya terlintas di benak sahabat saat rasa sakit itu datang? Nyebelin? Males ngapa-ngapain? Pingin nangis?

Rata-rata dari kita ketika sakit memilih untuk tidur-tiduran, istirahat dan bermalas-malasan (atau ada yang memilih bermanja-manjaan pada orang tuanya? ^^v). Tak jarang lantunan do’a syafakallah ataupun nasihat sabar ya kita terima dari sahabat-sahabat kita.

Saat rasa sakit itu datang, saya mencoba mengambil pelajaran dari sisi yang lain.

Kita terkadang berpikir bahwa rasa sakit itu adalah suatu ujian dari Allah yang harus dilewati dengan penuh kesabaran. Karena kita yakin bahwa dari bulir-bulir kesabaran itu akan mendatangkan kebaikan.

Tapi, saya mencoba mengambil pelajaran dari sisi yang lain.

Kita terkadang mampu melewati ujian rasa sakit itu dengan kesabaran, tapi pernahkah kita terpikir untuk menggenapkan kebaikannya itu dengan kesyukuran? Sahabat, coba tanya pada diri sahabat sendiri, pernahkah sahabat mensyukuri ujian sakit yang Allah berikan pada kita?

Mungkin kita semua jarang mensyukuri ujian sakit itu karena kita selalu berpikir bahwa rasa syukur itu tumbuh hanya saat kita mendapat nikmat saja. Tapi, tahukah sahabat bahwa dalam ujian sakit pun terdapat jutaan nikmat di sana?

Pernahkah sahabat mendengar hadits yang mengatakan bahwa rasa sakit itu dapat menggugurkan dosa? Pernahkah sahabat merasa bahwa dengan rasa sakit itu sahabat bisa menjadi lebih dekat pada Allah? Ataukah pernahkah terpikir bahwa perjuangan kita saat sakit melakukan dakwah itu memiliki kebaikan lebih dibandingkan dengan perjuangan kita saat kita sehat?

Sahabat, di sebalik rasa sakit yang sahabat rasakan, ada beragam kebaikan dan nikmat yang bisa sahabat rasakan. Lantas, apa yang membuat kita merasa tak perlu mensyukuri rasa sakit itu?

Yu ah sekarang mah kita genapkan kebaikan kita di kala sakit dengan sabar dan syukur! ^^9

Bahan muhasabah diri saat rasa sakit itu datang, Alhamdulillah :’)

Bumi Allah, 11 November 2012, 09.30

Invea Nur Mukti Lestari